Cari Blog Ini

Daftar Isi

Rabu, 17 Agustus 2011

Asal Mula PBKB ( Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ) di Indonesia


       Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan atau disebut PDKB, pada SUTT / SUTET, sudah pernah dirintis sejak tahun 1985, instruktur yang menangani PDKB saat itu adalah langsung dari AB Chance, yaitu perusahaan produsen peralatan PDKB. Namun karena regulasi yang belum mendukung, pelatihan hanyalah pelatihan, atau dengan kata lain tidak adanya implementasi PDKB di instalasi yang dimiliki oleh PLN.
Dengan melihat tingginya kebutuhan konsumen PLN terhadap listrik dan semakin sulit dilakukannya pemeliharaan dengan cara memadamkan listrik (off line), maka dirasakan perlu adanya tim pemeliharaan yang dapat menangani masalah transmisi tanpa harus memadamkan pasokan listrik ke konsumen. Yang sekarang dikenal dengan PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan).
Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini, terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).
Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof. Dr. Artono Arismunandar.
Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.
Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ”off-line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan bertegangan.
Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV.
Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW.
Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor : 152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi.
Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu tidaknya tim PDKB di PLN.
Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.
Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni sebanyak 36 personil SDM baru.
Sejak 30 Juni sampai dengan 4 Juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 Juli 2003.
Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10 orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana (linesman) PDKB.
Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre - New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 Juli s/d 9 September 2003 yang dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 April s/d 24 Mei 2004.
Tepatnya 9 September 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama 6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan. Sejak 8 September 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali.
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4 region P3B Jawa Bali.
Kronologi:
• Diawali dengan adanya SK Direksi No. 152.K/020/DIR/2003 pada tanggal 6 Juni 2003 tentang Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan Untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan Extra Tinggi yang diketuai oleh Bpk Djoko Hastowo.
• Melakukan Benchmark ke PT Caltex Pacific Indonesia
• Melakukan Benchmark ke EGAT Thailand
• Juni 2003 dilakukan penerimaan pegawai yang direkrut sebagai linesman PDKB TT-TET
• Terbit SK No. 001.K/TIM PDKB TT-TET//2003 tanggal 31 Juli 2003, yang disebut Task Force PDKB TT-TET PT PLN (Persero) P3B, tim resebut terdiri dari :Task Force Pedoman Kerja, Task Force Materi Training, Task Force Spesifikasi Peralatan Kerja, dan Task Force Remunerasi, Karir, Hukum dan K3
• September 2003 pegawai masuk ke Udiklat PLN Semarang
• Oktober 2003 pegawai mengikuti pelatihan Kesamaptaan di SPN Banyubiru, Jawa Tengah.
• Desember 2003 – April 2004 linesman mendapat pelatihan transmisi secara offline di Udiklat PLN Semarang (Bersama Bpk Suparjo, Sumarno, Rukiman, Subronto, Carya dan masih banyak instrukrtur lainnya)
• April 2004 SDM yang dipersiapkan sebagai supervisor PDKB TT-TET diberangkatkan ke New Zealand, untuk training PDKB di OMAKA (bersama Mr. Bill Matthews, John Claridge dan Craige Moore)
• Mei 2004 SDM melanjutkan pelatihan PDKB TT-TET bersama expert dari OMAKA di Udiklat Bogor dan penyesuaian metode kerja dengan kondisi jaringan di Indonesia.
• 24 Mei 2004 Expose I PDKB oleh Supervisor, pada SUTET 500 kV Gandul-Kembangan I phasa T dan penyematan tanda peserta pelatihan linesman PDKB TT-TET.
• Juni – Juli 2004 dilakukan pelatihan untuk lineman PDKB TT-TET bersama expert dari OMAKA.
• 02 Agustus 2004 Expose II PDKB oleh linesman PDKB TT-TET, pada SUTET 500 kV Gandul-Kembangan I phasa T dan penyerahan Sertifikat PDKB dari OMAKA oleh Direktur Transmisi dan Distribusi (Bpk. Herman Daniel Ibrahim) dan SK Pegawai PLN oleh Direktur SDM (Bpk. Djuanda Nugraha Ibrahim)
• September 2004 dilakukan implementasi PDKB TT-TET di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Tengah dan DIY , dan Region Jawa Timur dan Bali pada jaringan yang isolatornya mengalami flashover.
• 27 Oktober 2004 yang bertepatan dengan Hari Listrik Nasional, dilakukan launching PDKB TT-TET oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Bpk. Purnomo Yusgiantoro) sebagai tanda PDKB TT-TET siap Operasional di PT PLN (Persero).

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...